carilah teman curhat

Istilah CURHAT atau mencurahkan isi hati biasanya beredar dikalangan remaja-remaja sekarang atau sering kita sebut ABG. Mereka berbagi cerita dengan teman, baik itu cerita suka ataupun duka, bahkan mereka mempublikasikan curahan hatinya agar dapat dibagi kepada orang-orang yang ia kenal. Biasanya mereka mempublikasikannya melalui blog, maupun situs jejaring sosial. Ada juga curhat melalui telepon ‘Premium Call’, siaran radio atau televisi; semua acara ini dikemas sedemikian rupa menjadi acara yang sangat menarik, tetapi menjadi lahan bisnis yang menjanjikan bagi pelaku bisnis ini.
Tapi mencurahkan isi hati bukan hanya milik para remaja, orang dewasapun sering melakukannya untuk menghilangkan unek-unek yang ada dihatinya atau berbagi kesenangan dengan sahabatnya. Ada sebuah kisah menarik mengenai CURHAT ini; Di Amerika ada seorang penulis buku yang sedang mengalami stress berat dan merasa dia kehilangan ide-ide segar untuk dijadikan bahan tulisannya. Kemudian ia menanyakan pada rekannya mengenai masalah yang dia hadapi tersebut, dan temannya menyarankan ia datang ke seorang psikiater untuk di terapi dan rekannya itu menyarankan agar ia mendatangi seorang psikiater di Jerman yang sangat terkenal. Singkat cerita Si Penulis terbang ke Jerman untuk terapi ke psikiater yang disarankan rekannya tersebut.
Sampai diruang psikiater tersebut, sang psikiater menjabat tangannya sambil tersenyum dan dengan gerakan tangannya menyuruh sang penulis masuk ke ruangannya dan duduk di kursi santai yang telah disediakan. Si penulis kemudian bercerita mengenai masalah-masalah yang ia alami dengan panjang lebar kepada psikiater yang mendengarkan dengan serius dan terkadang tersenyum apabila si penulis bercerita sambil tertawa. Si penulis merasa plong setelah menceritakan isi hatinya kepada psikiater tersebut dan ia merasa bahwa stress yang ia alami mulai hilang setelah terapi yang ia lakukan. Kemudian ia pamit kepada si psikiater dan pulang ke Amerika.
Sesampai di Amerika ia berterimakasih kepada rekannya atas saran yang diberikan untuk mengunjungi psikiater tersebut dan beban yang selama ini ia alami sudah terasa berkurang dan ia akan mulai lagi menulis buku.
Selama beberapa bulan sang penulis berkonsentrasi menulis buku dengan penuh ide-ide cemerlang yang sangat membuat hatinya senang dalam menyusun buku tersebut. Dan beberapa tahun kemudian si penulis telah menghasilkan beberapa buku yang beberapa diantaranya mendapat sambutan hangat dari masyarakat dan menjadi “Best Seller”.
Si Penulis amat senang dan ia tidak lupa mengirimkan buku “Best Seller” hasil karyanya kepada psikiater yang telah membantunya. Didalam buku itu terdapat ucapan terimakasih si penulis kepada psikiater yang telah mengobati penyakitnya sehingga ia kembali menjadi manusia yang penuh ide-ide cemerlang.
Setelah membaca ucapan terimakasih tersebut sang psikiater mengirimkan sebuah surat kepada si penulis di Amerika;